Jumat, 17 Oktober 2025

ADAB DULU BARU ILMU

 


Adab adalah mahkota yang menghiasi ilmu, membedakan manusia dari makhluk lainnya. Iblis, yang dikenal dengan kecerdasannya, tidak dapat menandingi keagungan adab. Meskipun iblis memiliki pengetahuan yang luas dan kemampuan yang hebat, namun ia gagal dalam satu hal yang paling penting: adab kepada Sang Pencipta.

Dalam perdebatan dengan para malaikat, iblis menunjukkan kecerdasannya, namun kesombongan dan kekufurannya membuatnya terpuruk ke dalam jurang kehinaan. Sementara itu, manusia yang lemah namun beradab, dapat mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah.

Adab adalah tentang bagaimana kita berinteraksi dengan sesama, dengan alam, dan dengan Sang Pencipta. Adab adalah tentang bagaimana kita menghormati, menghargai, dan menyayangi. Adab adalah tentang bagaimana kita menjadi manusia yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih mulia.



Dalam sebuah kata, adab adalah kunci untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan sejati."

Kamis, 16 Oktober 2025

Membangun Karakter

 

Membangun karakter anak usia dini (AUD) melalui metode cerita adalah pendekatan yang efektif dan menyenangkan. 

Oleh karena itu PAUD Terpadu Al ma'ruf mendatangkan pendongeng atau pencerita ulung tingkat nasional yaitu Kak Bimo. 

Ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari metode Kak Bimo dalam menyampaikan ceritanya. Diantaranya yaitu :

1. Kemampuan berbicara yang baik

2. Kemampuan mengatur intonasi dan ekspresi

3. Kemampuan berimprovisasi 

4. Kemampuan membangun koneksi dengan pendengar 

5. Pengetahuan yang luas

6. Kreativ

7. Sabar dan percaya diri

8.Totalitas 

 Tak terasa kita sudah berada di penghujung bulan Safar. Di akhir bulan Safar terdapat sebuah tradisi yang berlangsung turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lain-lain. Pada umumnya, tradisi ini disebut dengan istilah Rebo Wekasan, Rebo Kasan, Rebo Pungkasan, Rabu Wekasan, atau istilah lain yang merujuk pada maksud yang sama yaitu hari Rabu terakhir di bulan Safar.   Pada Rebo Wekasan umumnya dilakukan oleh muslim Indonesia dengan melaksanakan shalat sunnah, berdoa dengan doa-doa khusus, selamatan, sedekah, silaturahim, dan berbuat baik kepada sesama. Semua ini dilakukan sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT agar terhindar dari segala macam musibah dan ujian.   Asal-usul tradisi ini bermula dari anjuran Syekh Ahmad bin Umar Ad-Dairabi (w.1151 H) dalam kitab Fathul Malik al-Majid al-Muallaf li Naf'il 'Abid wa Qam'i Kulli Jabbar 'Anid (biasa disebut Mujarrabat ad-Dairabi). Dalam kitab ini disebutkan bahwa ada sekitar 300 ribu bala' dan bencana akan diturunkan pada hari Rabu terakhir bulan Safar, sebagaimana keterangan berikut: Baca Juga 3 Amalan yang Disarankan Menyambut Rebo Wekasan   (فَائِدَةٌ) ذَكَرَ بَعْضُ الْعَارِفِينَ مِنْ أَهْلِ الْكَشْفِ وَالتَّمْكِينِ أَنَّهُ يَنْزِلُ فِي كُلِّ سَنَةٍ ثَلَاثُمِائَةٍ وَعِشْرُونَ أَلْفًا مِنَ الْبَلِيَّاتِ، وَكُلُّ ذَلِكَ فِي يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ الْأَخِيرِ مِنْ شَهْرِ صَفَرٍ، فَيَكُونُ ذَلِكَ الْيَوْمُ أَصْعَبَ أَيَّامِ السَّنَةِ كُلِّهَا.   Artinya: “(Faedah), ‘Sebagian orang arif dari kalangan ahli kasyf (penyingkapan) dan tamkin (keteguhan rohani) menyebutkan bahwa setiap tahun turun 320 ribu bencana, dan semuanya turun pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Maka hari itu menjadi hari yang paling berat di sepanjang tahun". (ad-Dairabi, Mujarrabat ad-Dairabi, [Beirut: Maktabah Tsaqafiyyah, tt.] h. 79).   Maka dari itu, Imam ad-Dairabi menganjurkan kepada umat Islam yang bertemu dengan hari Rabu ini, untuk melaksanakan shalat sunnah empat rakaat dengan tujuan meminta perlindungan kepada Allah SWT dari segala macam bala', bencana, dan musibah, sebagaimana keterangan berikut: Baca Juga Amalan Rebo Wekasan menurut Ning Sheila Lirboyo   فَمَنْ صَلَّى فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهَا بَعْدَ الْفَاتِحَةِ سُورَةَ: {إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ} سَبْعَ عَشْرَةَ مَرَّةً، وَ {قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ} خَمْسَ مَرَّاتٍ، وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ مَرَّةً، وَيَدْعُو مَرَّةً بَعْدَ السَّلَامِ بِهَذَا الدُّعَاءِ: حَفِظَهُ اللهُ بِكَرَمِهِ مِنْ جَمِيعِ الْبَلَايَا الَّتِي تَنْزِلُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ، وَلَمْ يَحُمْ حَوْلَهُ بَلِيَّةٌ مِنْ تِلْكَ الْبَلَايَا إِلَى تَمَامِ السَّنَةِ.   Artinya: "Barang siapa yang pada hari itu melaksanakan shalat empat rakaat, yang dalam setiap rakaatnya setelah al-Fatihah membaca surat al-Kautsar sebanyak 17 kali, surat al-Ikhlas sebanyak 5 kali, surat al-Mu‘awwidzatain (al-Falaq dan an-Nas) masing-masing sekali, lalu berdoa sekali setelah salam dengan doa berikut, maka Allah akan menjaganya dengan karunia-Nya dari segala bencana yang turun pada hari itu, serta tidak akan mendekatinya satu pun bencana dari bencana-bencana tersebut sampai akhir tahun". (ad-Dairabi, Mujarrabat ad-Dairabi, [Beirut: Maktabah Tsaqafiyyah, tt.] halaman. 79).   Doa yang dimaksud dalam keterangan di atas ialah sebagai berikut:   بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Baca Juga Shalat Sunah Rebo Wekasan Haram? اللَّهُمَّ يَا شَدِيدَ الْقُوَى، وَيَا شَدِيدَ الْمِحَالِ، يَا عَزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيعُ خَلْقِكَ، اكْفِنِي مِنْ شَرِّ جَمِيعِ خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجْمِلُ، يَا مُتَفَضِّلُ، يَا مُنْعِمُ، يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، ارْحَمْنِي بِرَحْمَتِكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيهِ، وَجَدِّهِ وَأَبِيهِ، وَأُمِّهِ وَبَنِيهَا، اكْفِنِي شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيهِ، يَا كَافِي الْمُهِمَّاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، ﴿فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ﴾، وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.   (Bismillahirrahmanirrahim)  Artinya: "(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) Ya Allah, wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Dahsyat dalam melakukan pembalasan, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Dzat yang seluruh makhluk tunduk kepada kemuliaan-Mu, lindungilah aku dari kejahatan seluruh makhluk-Mu. Wahai Pemberi kebaikan, wahai Pemberi keindqahan, wahai Yang Maha Pemurah, wahai Yang Maha Pemberi nikmat, wahai Yang Maha Pemulia, wahai Dzat yang tiada Tuhan selain Engkau, kasihanilah aku dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih di antara para pengasih.   Ya Allah, dengan rahasia al-Hasan dan saudaranya, kakeknya dan ayahnya, ibunya dan anak-anaknya, lindungilah aku dari kejahatan hari ini dan apa yang turun padanya. Wahai Yang Mencukupi segala urusan penting, wahai Yang Menolak segala bencana, “Maka Allah akan melindungimu dari mereka, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan sebaik-baik pelindung. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Dan semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabatnya."   Tata Cara dan Niat Shalat Rebo Wekasan Akan tetapi yang perlu digarisbawahi dan menjadi perhatian adalah tata cara atau niat dalam pelaksanaan shalat Rebo Wekasan ini. Karena pada ada dasarnya, tidak ada nash sharih yang menjelaskan anjuran shalat Rebo Wekasan.   Oleh karenanya, bila shalat Rebo Wekasan diniati secara khusus, misalkan “aku niat shalat Safar”, “aku niat shalat Rebo Wekasan”, maka tidak sah dan haram untuk dilaksanakan.   Begitu pula para ulama mengharamkan shalat Raghaib di awal Jumat bulan Rajab, shalat nisfu Sya’ban, shalat Asyura’ dan shalat kafarat di akhir bulan Ramadhan, sebab shalat-shalat tersebut tidak memiliki dasar hadits yang kuat.   Meski demikian, ada ulama yang memperbolehkan pelaksanaan shalat sunnah pada hari Rabu terakhir bulan Safar ini, dengan catatan diniatkan sebagai shalat sunnah mutlak. Sebagaimana pendapat Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki dalam kitab Kanzun Naja was Surur berikut ini:   قُلتُ: وَمِثْلُهُ صَلَاةُ صَفَرٍ، فَمَنْ أَرَادَ الصَّلَاةَ فِي وَقْتِ هَذِهِ الْأَوْقَاتِ فَلْيَنْوِ النَّفْلَ الْمُطْلَقَ فُرَادَى، مِنْ غَيْرِ عَدَدٍ مُعَيَّنٍ، وَهُوَ مَا لَا يَتَقَيَّدُ بِوَقْتٍ، وَلَا سَبَبٍ، وَلَا حَصْرَ لَهُ. اِنْتَهَى.   Artinya: "Aku berpendapat, termasuk yang diharamkan adalah shalat Safar (Rebo Wekasan), maka barang siapa menghendaki shalat di waktu-waktu terlarang tersebut, maka hendaknya diniati shalat sunnah mutlak dengan sendirian (bukan berjamaah) tanpa bilangan rakaat tertentu. Shalat sunnah mutlak adalah shalat yang tidak dibatasi dengan waktu dan sebab tertentu dan tidak ada batas rakaatnya". (Syekh Abdul Hamid Muhammad Ali, Kanzun Naja was Surur fi Ad'iyyati Tasyrahus Shudur, [Beirut, Darul Hawi: 2009 M/1430 H], halaman 90).   Dari keterangan tersebut, disimpulkan bahwa solusi untuk membolehkan shalat-shalat yang ditegaskan haram dalam nashnya para fuqaha’ adalah dengan cara meniatkan shalat-shalat tersebut dengan niat shalat sunnah mutlak.   Demikian penjelasan singkat terkait sejarah dan amaliyah yang bisa dilakukan umat Islam ketika hari Rabu terakhir bulan Safar atau Rebo Wekasan. Perbedaan pendapat ulama sebagaimana di atas merupakan rahmat bagi umat, sehingga dapat membuka ruang seluas-luasnya bagi mereka untuk menjalankan ritual agama tanpa keluar dari batas syariat. Wallahu a'lam.


Sumber: https://jatim.nu.or.id/keislaman/sejarah-singkat-dan-amaliyah-yang-disarankan-saat-rebo-wekasan-tHqA8


___

PENGETAHUAN TANPA KARAKTER (Part 2)

 Dampak Banyak Pengetahuan Tanpa Karakter bagi AUD

Banyak pengetahuan tanpa karakter yang baik dapat memiliki dampak negatif pada Anak Usia Dini (AUD), antara lain:


1. Pengaruh Negatif pada Perkembangan Sosial dan Emosional

AUD yang terpapar pada pengetahuan tanpa karakter yang baik mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang sehat.


2. Kurangnya Empati dan Keterampilan Berinteraksi

AUD mungkin menjadi kurang empati dan memiliki kesulitan dalam berinteraksi dengan teman-teman dan orang dewasa.


3. Pengaruh pada Pembentukan Karakter

AUD yang terpapar pada pengetahuan tanpa karakter yang baik mungkin menginternalisasi nilai-nilai yang tidak positif, sehingga mempengaruhi pembentukan karakter mereka.


4. Kesulitan dalam Mengembangkan Keterampilan Hidup

AUD mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan hidup yang penting, seperti kerja sama, komunikasi efektif, dan penyelesaian konflik.


5. Dampak Jangka Panjang pada Perkembangan

Dampak negatif dari banyak pengetahuan tanpa karakter yang baik dapat berlangsung jangka panjang dan mempengaruhi perkembangan AUD secara keseluruhan.


Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa AUD terpapar pada pengetahuan yang diimbangi dengan karakter yang baik, sehingga mereka dapat berkembang secara holistik dan positif.