Sabtu, 19 Juni 2021

Learnilng Loss vs Cluster Baru

 


Selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)  dilakukan dengan daring bagi saya agak kesulitan mema hami kompetensi siswa," gumam beberapa kawan yang sama-sama berprofesi sebagai guru PAUD di Arjasa Jember kepada saya tempo hari saat ada pertemuan guru PAUD sekecamatan Arjasa di lembaga PAUD TERPADU AL-MAHRUS JEMBER. 

Ini hanyalah gambaran singkat  bagaimana perasaan dan unek-unek sebagian guru saat wabah pandemi melanda negeri ini. Ada guru yang merasa skeptis tentang pembelajaran daring. Sebagian lagi ada yang beranggapan bahwa pembelajaran daring memiliki risiko learning loss yang besar pada generasi saat ini. 

Di sisi lain, selama wabah pandemi C-19 ini berlangsung, ada sebagian orang tua yang akhirnya tidak mendaftarkan anaknya untuk sekolah, terutama anak-anak yang ada pada masa usia dini (PAUD) terlebih di daerah pedesaan. Karena mereka berang gapan bahwa dengan belajar dari rumah (BDR) apalagi secara Online itu sama dengan tidak bersekolah, apalagi dengan daring itu dianggap anak tidak belajar.



Ada juga pandangan miring orang tua yang berkata "enak gurunya di masa pandemi tidak mengajar tetap digaji" bagi sebagian masya rakat guru mengajar lewat online itu bukan dianggap mengajar karena merasa anaknya tidak men dapatkan ilmu dibandingkan de ngan belajar secara tatap muka.




 



Padahal pada usia dini, tumbuh kembang anak sangat penting untuk diperhatikan karena masa ini merupakan masa golden age dan masa-masa yang sangat pesat perkembangannya. Hal ini juga bisa menjadi pemicu akan terja dinya learning loss pada generasi ini. 

Learning loss merupakan kondisi pada sebuah generasi yang kehi langan kesempatan menuntut ilmu akibat penundaan proses belajar mengajar. Pada masa ini siswa bukannya tidak ada kesempatan belajar, mereka tetap belajar secara PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) namun karena adanya beberapa tantangan (baca: kendala) baik secara fasilitas maupun kapasitas sehingga berdampak pada tidak tercapai nya kompetensi secara maksimal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di masing-masing indikator yang ingin dicapai. 

Potensi learning loss adalah suatu hal yang agak sulit untuk dihin dari pada saat diberlakukannya Pembelajaran jarak jauh (PJJ). PJJ yang saat ini sedang berjalan ma lah sebagian lebih terkesan hanya sebagai penugasan jarak jauh, bukan lagi pembelajaran jarak jauh.

Karena yang terjadi selama ini  pelaksanaan PJJ, ada sebagian guru yang lebih banyak membe rikan tugas yang sebagian tidak dimengerti oleh para peserta didik sehingga orang tua harus turun tangan langsung untuk mendampi nginya atau bahkan orangtua juga ikut mengerjakan terutama pada AUD dan siswa Sekolah Dasar.



Sebenarnya learning loss akan terjadi karena kurangnya SDM serta fasilitas bagi anak yang menjalankan PJJ. Sehingga akhir nya berdampak pada penurunan capaian belajar.

Kita sadar bahwa PJJ itu kurang optimal dalam sisi capaian belajar. Dan kesenjangan kualitas antara yang punya akses keteknologi dan yang tidak itu jadi semakin besar bagi  mereka baik karena jaringan maupun karena terbatasnya fasili tas. 

Maka  dari itu kebanyakan masya rakat maupun sebagian para ahli berpendapat bahwa learning loss akan tercegah apabila pembela jaran segera dilaksanakan secara tatap muka. 

Sebagian daerah sudah ada yang melaksanakan pembelajaran seca ra tatap muka walau dengan siswa terbatas dan tetap melaksanakan Protokol kesehatan. Namun ada sebagian yang belum, hal ini dikarenakan belum adanya PERDA di Daerah yang bersang kutan. 

Namun melihat situasi yang berkembang di sebagian daerah, maka tidak ada solusi lain selain anak-anak harus mulai berin teraksi lagi. Sekolah harus menye diakan opsi tatap muka. Namun, dalam hal ini bahwa orang tualah yang tetap memiliki hak mutlak menentukan apakah anaknya sudah boleh ikut sekolah tatap muka atau tidak. Itu merupakan hak prerogatif para orangtua. Dan sekolah tidak punya kewenangan untuk memaksa. 

Hal ini memang menjadi sebuah delema bagi kita tetap dengan PJJ learning loss risikonya, dengan tatap muka clusster baru  dikha watirkan terjadi. 

"Sebuah delema bagi lembaga selama masa pandemi ini khususnya di PAUD Terpadu Al-Mahrus orangtua menuntut agar anaknya masuk sekolah secara tatap muka karena menurut mereka keberhasilannya lebih nampak nyata dibandingkan dengan BDR apalagi secara ON LINE tapi dari PEMDA Jember sendiri belum ada PERDA yang mengaturnya" papar Bpk Qudsi Amin, M.Pd selaku Kepsek PAUD TERPADU AL-MAHRUS JEMBER.

(by : RA)



 




Tidak ada komentar: